Manusia adalah makhluk yang paling sempurna dan paling mulia dibanding dengan makhluk-makhluk Allah lainnya. Allah SWT berfirman, “
Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak cucu Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan.” (QS. Al Isra: 70).
Kelebihan manusia yang diberikan Allah SWT, diantaranya adalah manusia mempunyai kemampuan untuk berfikir. Berfikir adalah sebuah gerak mental. Fikir berhubungan dengan kamampuan aqal. Kajian terbaru bahwa manusia bukan hanya sebagai makhluk cerdas secara intelektual, namun juga memliki beberapa kecerdasan emosional dan spiritual.
Berapa kali afalaa ta’qiluun disebutkan dalam Quran atau begitu juga dengan afalaa tatafakkaruun. Yang jelas makna kedua penggalang kata tersebut begitu dalam. Yaitu bagaimana memanfaat anugerah otak yang telah diberikan oleh Allah swt.
Afala ta’qiluun sendiri disebutkan oleh Quran pada akhir ayat-ayat Quran. Mengapa pada akhir ayat? Salah satu hikmah yang dapat kita petik adalah pada saat kita mengakhiri bacaan ayat tersebut, Allah ingin kita tidak berhenti pada proses membaca saja tapi melanjutkannya pada proses berpikir. Berpikir adalah salah satu upaya untuk menyimbangkan otak kiri dan kanan sehingga dua posisi otak tersebut berkembang secara optimal.
Afala ta’qilun adalah sebuah daya picu dalam alquran kepada ummat islam untuk berpacu mendaya gunakan akal fikiran untuk menyelesaikan tanggungjawab kekhalifahan di muka bumi. Penamaan benda diserahkan kepada manusia yang disimbolkan kepada Adam.
Setiap orang berfikir mempunyai model dan caranya masing-masing sehingga memberikan jalan berbeda. Ada berfikir cara orang umum, orang yang berilmu dan juga berfikir ulama. Cara dan metode berfikir menghantarkan seseorang pada peningkatan posisi secara social dalam masyarakat. Di sisi lain akan memberikan kedudukan di sisi Rabb. Banyak nama-nama besar ilmuan dan ulama yang sampai hari ini masih hidup dikala tulang belulang mereka telah menyatu dengan tanah.
Persoalan kemudian kenapa persoalan berfikir tidak menjadi sebuah kekuatan peradaban manusia yang beriman. Banyak persolan hidup berasal dari hal sederhana yang selalu berulang dan berakumulasi yang mengakibatkan banyak persoalan. Bagaimana dengan Islam? Sebenarnya konsep refleksi sendiri dalam Islam dikenal dengan muhasabah. Muhasabah bermakna sebagai proses untuk menghisab, berpikir, atau menela’ah apa yang telah dilakukan sepanjang hari.
Umar bin Khattab pernah menganjurkan untuk melakukan hisab sebelum kita dihisab kelak nantinya. Tujuan muhasabah sendiri adalah untuk mengkajiulang perilaku dan mengubahnya ke arah yang lebih baik. Sedangkan Rasulullah sendiri menegaskan bahwa orang yang pintar adalah orang yang terus berpikir dan mempersiapkan kematiannya.
Menjadi pribadi yang Islami merupakan suatu hal yang sangat diperhatikan dalam agama Islam. Hal ini karena Islam itu tidak hanya ajaran normatif yang hanya diyakini dan dipahami tanpa diwujudkan dalam kehidupan nyata, tapi Islam memadukan dua hal antara keyakinan dan aplikasi, antara norma dan perbuatan , antara keimanan dan amal saleh. Oleh sebab itulah ajaran yang diyakini dalam Islam harus tercermin dalam setiap tingkah laku, perbuatan dan sikap pribadi-pribadi muslim. Allah SWT berfirman, “
Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya. Sungguh sangat beruntung orang yang mensucikannya dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya,” (QS. Asy Syams: 7-10).
Sumber : diolah dari berbagai sumber
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "AFALA TA’QILUUN"
Post a Comment