Assalamu'alaykum Wr. Wb.
Pertanyaan ini mungkin pernah terlintas dihati
umat Islam, apalagi melihat dari kenyataan yang ada dihadapan kita betapa
beragamnya nama-nama yang ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa oleh manusia
disetiap jaman dan agama. Jika memang nama Tuhan adalah ALLAH, maka kenapa
hampir semua umat manusia didunia ini berbeda dalam penyebutannya terhadap Tuhan
?
Kenapa ada yang menyebut-Nya dengan nama
Yahweh, Jagad Dewa Batara, SANG Hyang Widhi dan sejumlah nama-nama lainnya ?
Padahal al-Qur’an memberi
informasi bahwa Tuhan telah mengirim para Rasul-Nya disetiap daerah, baik yang
nama-namanya tercantum dalam al-Qur’an ataupun tidak.
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa
orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan
di antara mereka ada yang tidak Kami ceritakan kepadamu
- Qs. 40 al-mu’min : 78
Tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada
padanya seorang pemberi peringatan - Qs. 35 faathir : 24
Kami tidak akan mengazab suatu kaum sebelum
Kami mengutus seorang Rasul - Qs. 17 al-israa’ : 15
Jika memang setiap umat ada seorang Nabi dan
Rasulnya, tentunya secara logika mereka akan memberikan ajaran agama yang sama
dan jika ajaran agamanya sama, maka pastilah merekapun akan merujuk pada nama
Tuhan yang sama, tidak mungkin Nabi A mengajarkan bahwa Tuhan itu adalah X dan
Nabi B mengajarkan bahwa Tuhan itu adalah Y :
Kami tidak mengutus seorang Rasul sebelum kamu,
melainkan Kami wahyukan kepadanya : "Bahwa tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka
sembahlah Aku oleh kamu semua" - Qs. 21 al-anbiya : 25
Nabi-nabi itu adalah bersaudara yang bukan satu
ibu ibunya bermacam-macam, namun agamanya satu – Hadis Riwayat Muslim dan Abu Daud
Lalu kenapa perbedaan penyebutan kepada nama
Tuhan ini bisa terjadi ?
Apakah perbedaan ini
terjadi semata karena perbuatan manusia yang mengadakan perubahan ? atau ada
faktor lain yang bisa dijelaskan ?
Ternyata bila kita gali lebih jauh kedalam
al-Qur’an, akan ditemukanlah
kenyataan yang logis bahwa perbedaan tersebut terjadi karena adanya perbedaan
bahasa pada masing-masing Nabi-Nya.
Kami tidak mengutus seorang Rasulpun, melainkan
dengan bahasa kaumnya supaya ia dapat memberi penjelasan dan dimengerti oleh
mereka - Qs. 14 Ibrahim : 4
Jadi, para Rasul ini tidak mungkin kesuatu
daerah dengan bahasa yang tidak di kuasai dan tidak dimengerti oleh umatnya,
karena pasti dakwah yang disampaikan menjadi sia-sia. Karena itu pula menjadi
sangat wajar bila al-Qur’an
turun menggunakan bahasa Arab, sebab Nabi Muhammad selaku penerimanya juga
berbahasa Arab dan berdomisili ditanah Arab dengan ruang lingkup pergaulan
orang-orang Arab juga, maka jika al-Qur’an tidak mempergunakan bahasa Arab maka tentulah lawan bicara Nabi
akan bingung dan tidak bisa mengerti apalagi memahami dakwah yang disampaikan,
malah mungkin menjadi beban untuk Nabi sendiri.
Dan seandainya Kami menjadikan al-Qur'an itu
suatu bacaan dalam bahasa selain bahasa Arab tentulah mereka bertanya : "Mengapa
tidak dijelaskan ayat-ayatnya ? Apakah (patut al-Qur'an) dalam bahasa asing
sedang (Rasul adalah orang) Arab ? - Qs. 41 Fushsilat : 44
Jadi kembali pada pemakaian istilah Allah
didalam Islam, jelas merujuk pada bahasa yang dipergunakan oleh Nabi Muhammad.
Namun ini semua tidak mengindikasikan bahwa pada masanya, Nabi Musa maupun Jesus
atau Nabi ‘Isa juga menyebut
istilah Allah ditengah kaumnya, begitupula para Nabi lain dibanyak penjuru dunia
ini dari berbagai derah. Sebab sesuai dengan pernyataan al-Qur'an sendiri bahwa
setiap wahyu itu diturunkan berdasarkan bahasa asal daerah Nabi yang
bersangkutan.
Untuk itu juga
Allah berfirman :
Serulah Allah atau serulah Yang Maha Pengasih
(ar-Rahman) Dengan nama apa saja kamu menyeru Dia; maka Dia memiliki nama-nama
yang indah (asma-ul-husna) - Qs. 17 al-Israa’ : 110
Dari ayat diatas, jelas bahwa al-Qur'an
memperkenalkan Tuhan yang universal, serulah Tuhan dengan nama apapun yang baik
dan indah serta tentunya tidak mengandung unsur yang bertentangan dengan
sifat-sifat kemuliaan-Nya.
Sehubungan dengan penamaan Allah ini juga,
seorang mantan biarawati yang sekarang memeluk Islam, Hj. Irena Handono, et al
(lihat buku : Islam Dihujat, Menjawab Buku The Islamic Invasion (Karya Robert
Morey), Penerbit Bima Rodheta, Kudus, 2004, hal. 82-83) menyatakan bahwa istilah
Elohim yang terdapat dikitab Perjanjian Lama, yang berasal dari bahasa Ibrani
asli memiliki akar kata eloh (alef-lamed-heh) dalam bahasa Ibrani-Paleo yang
bisa dibaca dengan beberapa cara tanpa tanda bacanya. Istial el memiliki arti
Tuhan (God), dewa, kemampuan, kekuatan dan lain-lain.; Satu dari dasar kata
Ibrani untuk Tuhan (eloh) dapat dengan mudah dibaca sebagai alah tanpa tanda
baca sehingga tidak terlalu heran bilamana kata Arab untuk Tuhan menurutnya
adalah Allah. Kata tersebut adalah tulisan standar atau tulisan Estrangela yang
dieja alap-lamad-heh (ALH) yang berhubungan langsung dengan kata Ibrani Eloh.
Bahkan masih menurut beliau, Ezra dan Nabi Daniel memanggil Tuhan dengan nama
Elah, panggilan yang nyaris sama juga bisa dilihat dari rintihan Yesus dikayu
salib yang ditulis dalam bahasa Aramaic : Eloi, Eloi, Lama Sabachtani (Lihat :
Kitab Perjanjian Baru, Injil Markus 15:34 dan Injil Matius 27:46)
Terlepas dari ini semua adalah suatu hal yang
pasti bahwa bahasa Arab bukan satu-satunya bahasa yang ada ditengah masyarakat;
oleh karena itu secara logika keberagaman penyebutan terhadap Tuhan tidak dapat
dihindari. Katakanlah seperti bangsa Afrika Selatan (Zulu) menyebut Tuhan dengan
nama uMVELINQANGI, umat India mengenal istilah PRAMATMA, Bangsa Aborigin di
Australia Selatan memanggil Tuhannya dengan istilah ATMATU dan sebagainya (Lihat
: Ahmed Deedat, Allah dalam dalam Yahudi, Masehi, Islam, terj.H. Salim
Basyarahil, H. Mul Renreng, Penerbit Gema Insani Press, Jakarta, 1994, hal.
21-28)
Bahkan menurut salah seorang ahli tafsir
al-Qur’an, M. Quraish Shihab
menyatakan bahwa wahyu-wahyu pertama yang turun kepada Nabi Muhammad juga tidak
mempergunakan istilah Allah untuk kata ganti Tuhan melainkan memakai istilah
Rabbuka dan baru pada wahyu ke-7 yaitu surah ke-87 istilah Allah diperkenalkan
kedalam al-Qur’an. (Lihat :
Dr. Muhammad Quraish Shihab, M.A. Wawasan Al-Quran : Tafsir Maudhu’I atas pelbagai persoalan umat, Penerbit
Mizan, Bandung, 1996, dalam Catatan kaki hal. 23-24)
Kata Allah sendiri terbentuk dari kata AL dan
iLah (lihat Abu Iman 'Abd ar-Rahman Robert Squires, www.muslim-answers.org/allah.htm, dalam
"Who is ALLAH") , dimana kata AL sama seperti penggunaan kata THE dalam bahasa
Inggris, yaitu sebagai kata sandang atau penegasan tertentu. Sementara kata iLah
memiliki arti Tuhan. Sehingga istilah Allah berarti Tuhan yang satu itu.
Dan konsep ini sesuai dengan pengajaran para
Nabi :
Dialah Allah yang Satu Tempat semuanya
bergantung ;Tidak pernah Dia beranak dan tidak pula pernah Dia diperanakkan
Tidak ada sesuatu apapun yang sama dengan-Nya - Qs. 112 al-Ikhlas : 1 - 4
Jawab Yesus: Hukum yang terutama ialah:
Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa. - Perjanjian Baru
: Injil Markus 12:29
Engkau diberi melihatnya untuk mengetahui,
bahwa Tuhanlah Allah, tidak ada yang lain kecuali Dia - Perjanjian Lama : Kitab
Ulangan 4:35
Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah
kita, TUHAN itu esa - Perjanjian Lama : Kitab Ulangan 6:4
Dengan demikian maka semakin jelas
bahwa perbedaan yang terjadi akibat pengaruh bahasa tidak mengajarkan kepada
kita untuk menjadikannya sebagai alasan bersikap egois dalam beragama.
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu
dari laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal - Qs. 49 al-hujuraat : 13
Tuhan telah memilih umat Islam sebagai umat
yang terbaik, oleh karena itu mari kita jaga dan kita buktikan kepada umat
lainnya bahwa umat Islam memang umat yang menyebarkan perdamaian, menjadi rahmat
untuk semua alam.
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan
untuk manusia, menyuruh kepada yang benar, dan mencegah dari yang mungkar, dan
beriman kepada Allah. - Qs. 3 ali Imron : 110
Demikianlah Kami jadikan kamu suatu ummat yang
adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas manusia dan agar Rasul menjadi
saksi atas diri kamu - Qs. 2 al-Baqarah : 143
Hendaknya kamu jadi manusia yang lurus karena
Allah, menjadi saksi dengan adil, dan janganlah kebencian kamu kepada suatu
kaum, membuat kamu bersikap tidak adil, berlakulah adil. Sebab itu lebih dekat
pada ketaqwaan - Qs. 5 al-Maidah : 8
Pertanyaan baru akan timbul, yaitu bolehkah
umat Islam menyebut Tuhan dengan nama-nama dari bahasa-bahasa non-Arab ? Secara
bijaksana kita bisa menjawabnya boleh-boleh saja, toh kita di Indonesia juga
menggunakan istilah Tuhan untuk menggantikan istilah Robb, dan itu tidak perlu
dipermasalahkan.
Hanya saja yang perlu diwaspadai oleh umat
Islam adalah jangan sampai terjebak pada nama-nama yang mengarah pada
keberhalaan (bersifat syirik), sebagaimana firman Allah sendiri :
Dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang
dari kebenaran dalam menyebut nama-namaNya, Kelak, mereka akan mendapatkan
balasan terhadap apa yang mereka kerjakan - Qs. 7 al-a’raaf : 180 Wassalam,
Armansyah
Belum ada tanggapan untuk "Benarkah nama Tuhan adalah Allah ?"
Post a Comment