SEJARAH MUHAMMAD RASULULLAH
Assalamu'alaykum Wr. Wb.
Katakanlah "Kami beriman kepada Allah dan apa
yang diturunkan kepada kami dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il,
Ishaq, Ya'qub, dan keturunannya, dan apa yang diberikan kepada Musa, 'Isa serta
Nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membedakan seorangpun di antara mereka
dan kepadaNya lah kami menyerahkan diri". (QS. 3:84)
Jauh sebelum kedatangan Nabi Muhammad Saw.,
Tuhan telah mengutus banyak Nabi dan Rasul kedunia ini, keberbagai tempat dan
daerahnya masing-masing.
Dari semenjak Adam yang menjadi Nabi bagi
putra-putrinya sendiri, disusul oleh Nabi Idris, Nabi Nuh, Nabi Hud, Nabi
Shalih, Nabi Ibrahim, Nabi Luth, Nabi Ismail, Nabi Ishaq dan terus hingga kepada
Nabi Musa dan Nabi Isa Almasih serta sejumlah besar Nabi dan Rasul yang tidak
diceritakan didalam AlQur'an, semuanya diutus hanya kepada bangsa dan golongan
mereka sendiri hingga sampai pada diutusnya Nabi Muhammad Saw.
Setiap Nabi dan Rasul Allah memiliki
kelebihannya tersendiri didalam menjalankan misi mereka kepada umatnya, tapi
walau demikian, AlQur'an melarang manusia untuk membeda-bedakan mereka, sebab
kesemuanya adalah utusan Allah yang Maha Agung. Dan hanya Dia sajalah yang
berhak untuk menilai derajat dari masing-masing NabiNya itu, aturan tersebut
berlaku kepada siapa saja tanpa terkecuali kepada Nabi Muhammad Saw selaku Nabi
terakhir.
Masing-masing Nabi dan Rasul Allah itu memiliki
misi yang sama, mengajarkan kepada umatnya mengenai Tauhid, bahwa Tidak ada
sesuatu apapun yang wajib untuk disembah melainkan Allah yang Esa, berdiri
dengan sendirinya, tanpa beranak dan tanpa diperanakkan alias Esa dengan
pengertian yang sebenar-benarnya, bukan Esa yang Tiga alias Tritunggal.
Dalam sebuah Hadistnya, Rasulullah Saw
bersabda
"Nabi-nabi itu adalah bersaudara yang
bukan satu ibu, ibunya bermacam-macam, namun agamanya satu."
(HR. al-Saikhan dan Abu Daud)
Apabila kita mengembalikan kepada Bible, kita
dapati pula bahwa Jesus the christ juga mengikuti keimanan yang demikian itu.
Jesus tidak pernah mengingkari kebenaran yang terdahulu, yaitu apa yang dibawa
oleh Nabi Musa dan nabi-nabi lainnya, kehadirannya adalah untuk melengkapi
Tauratnya Musa, bukan untuk membatalkannya (St. Matthew 5:17-19).
Selain itu, Jesus, sebagaimana Nabi-nabi
sebelumnya, juga mengajarkan kepada umatnya yaitu Bani Israel risalah tauhid. St. John 7:16
"Jesus answered them and said, 'My doctrine is not mine, but His
that sent me'."
St. Mark 12:29
"And Jesus answered him, The first of all the commandments is, Hear
O Israel; The Lord our God is one Lord."
Disaat-saat menjelang tragedi penyaliban, Jesus
menubuatkan akan kedatangan seorang Rasul sesudah dia yang bersifat Ahmad.
St. John. 14:16
"And I will pray the father, and he shall give you another comforter
that he may abide with you forever."
St. John. 14:26
"But the comforter which is 'the Holy Ghost', whom the father will
send in my name, he shall teach you all things to your remembrance, whatsoever I
have said unto you."
Sabda Jesus dalam Bible diatas, dilestarikan
pula didalam Qur'an.
"Hai bani Israil !
Sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu, membenarkan Taurat yang sudah ada
sebelumku, dan memberi khabar gembira tentang seorang Rasul sesudahku, bernama
Ahmad !"
(QS. 61:6)
Ahmad berarti 'yang paling banyak memuji'
(aktsaru hamdan lillahi).
Kata Ahmad ini af'al
tatdhil dari 'hamida', yang menunjukkan bahwa pujian yang dipersembahkannya,
dilakukannya kepada Tuhan, lebih utama dari pujian orang -orang terhadap
dirinya.
Nama 'Muhammad' menunjukkan sifat kebesaran,
kemenangan dan kemuliaan, yakni yang lazim disebut sifat Jalali. Sedang nama
'Ahmad' menunjukkan sifat keindahan, keelokan dan kehalusan budi, yakni jang
lazim disebut sifat Jamali.
Disini letak perbedaan antara 'Ahmad' dan
'Muhammad'
Muhammad adalah 'yang amat dipuji',
artinya banyak sekali pujian yang diberikan oleh orang kepada dirinya bahkan
hingga Tuhan sendiri memuji keagungan dari kepribadian beliau.
Ibnu Marduwiyah telah meriwayatkan dari Ubay
Bin Ka'ab., katanya
"Aku telah diberi, apa yang
tidak diberikan kepada Nabi-nabi Allah." Bertanya Ka'ab "Apakah itu, ya
Rasulullah ?" Bersabda Rasulullah Saw "Aku telah ditolong diwaktu ketakutan, aku
diberi kunci pembuka bumi, aku dinamai Ahmad. Dijadikan bagiku tanah untuk
bersuci dan dijadikan umatku sebaik-baik umat."
Dari Mut'im. katanya
Rasulullah Saw bersabda 'Sesungguhnya aku mempunyai beberapa nama
Aku Muhammad, Aku Ahmad , Aku yang penghapus karena aku, Allah menghapuskan
kekafiran, Aku pengumpul yang dikumpulkan manusia dibawah kekuasaanku dan aku
pengiring yang tiada kemudianku seorang Nabipun. (HR. Muslim)
Dari Abu Musa Al Asy'ari katanya
"Pernah Rasulullah Saw menerangkan nama diri beliau kepada
kami dengan menyebut beberapa nama Aku Muhammad, Aku Ahmad, Aku pengiring dan
pengumpul, Nabi (yang menyuruh) tobat dan Nabi (yang membawa) rahmat." (HR.
Muslim)
Kata 'Penolong, Penghibur' dalam Bible masa
kini adalah terjemahan dari kata Yunani (Griek) 'Paracletos' yang asalnya adalah
'Periclutos', sedangkan kata Aramia yang diucapkan oleh Isa Almasih adalah
'Mauhamana' yang artinya 'Yang dipuji'.
Parakletos yang menurut kamus berarti 'Pembela
perkara, pengacara', sedangkan 'Periklutos' berartikan 'Terkenal dimana-mana'.
Parakletos dalam arti 'Pembela perkara,
pengacara, advokat' menunjukkan bahwa Nabi Muhammad Saw yang membela perkara
Jesus yang kenabiannya ditolak oleh orang Yahudi dan menuduhnya sebagai anak
haram sekaligus membela Jesus dari pengklaiman pihak Kristen Trinitasnya Paulus
bahwa Jesus adalah Anak Tuhan atau Tuhan yang menyamar dan telah tersalibkan.
Periklutos dalam arti 'masyur kemana-mana,
terpuji dimanapun' adalah terjemahan dari kata Aramia 'Mauhamana' yang artinya
'Yang dipuji, yang terpuji' dan dalam bahasa Arabnya adalah Muhammad, Ahmad,
Mahmud.
Song of Solomon 5:16
"His mouth is most sweet yea, he is altogether lovely. This is my
beloved, and this is my friend, O daughters of Jerusalem."
Ucapan "he is altogether lovely" jika dibaca
dalam bahasa Yahudi (Hebrew) sebagai "he is Mahamaddim."
Akhiran 'im' adalah merupakan bentuk jamak
untuk sebuah penghormatan, keagungan tertinggi dan kemuliaan sebagaimana yang
biasa diberikan juga kepada sifat Elohim (Tuhan), didalam AlQur'an sifat ini
juga disebutkan pada Surah 3321 yang merefer pada diri Nabi Muhammad Saw.
Tanpa akhiran 'im' kalimat tersebut menjadi
Mahammad yang jika diterjemahkan adalah 'Yang paling banyak memuji' atau dalam
bahasa Arabnya adalah Ahmad dan dalam bahasa inggrisnya biasa diterjemahkan
dengan kalimat 'altogether lovely'.
Bahasa Yahudi memiliki banyak kesamaan dalam
beberapa hal dengan bahasa Arab.
Misalnya didalam
bahasa Yahudi, kata 'Shalom' adalah sama dengan kata 'Salam' didalam bahasa Arab
yang berarti 'Damai', kalimat tersebut diambil dari akar kata 'S, L dan M'.
Dalam bahasa Yahudi itu juga, kata Mahmad,
Mahamod, Himdah dan Hemed muncul dalam Perjanjian Lama yang menurut bahasa
Arabnya adalah Muhammad dan Ahmad dimana kesemua asal katanya diambil dari akar
kata 'H, M dan D' yang merujuk kepada pengertian umum yang sama.
Bagaimana dan kenapa 'Parakletos' diterjemahkan
dalam Bible masa kini menjadi 'Penghibur (Trooster, Comforter)' tidak seorangpun
yang mengetahuinya !!!
Comforter yang berarti 'penghibur' lebih banyak
digunakan dalam Bible 'Authorised King James Version'. Namun, perlu ditanyakan
kepada umat Kristen apakah Isa Almasih berkomunikasi dalam bahasa Inggris ?
Ataukah dalam bahasa Arab sehingga dia dikatakan sebagai 'AlMu'azzi' ?
Tentu umat Kristen akan menjawab 'Tidak
!'
Karena Almasih bukan orang Arab atau Inggris,
lalu apakah Almasih mengatakan 'Yamtsu Kuzizi' seperti Injil bahasa Afrika ?
Jawabnya tentu tidak juga !
Dalam penamaan 'Roh Kudus', umat Kristen telah
tergelincir dalam penamaan yang tidak tepat. Kata jiwa atau roh, gas, dan udara
diterjemahkan dari bahasa Yunani 'Pneuma'. Namun dalam kitab suci yang berbahasa
Yunani, kata tersebut tidak diterjemahkan khusus sebagai roh.
Dalam menerjemahkan kata Yunani 'Pneuma',
penyusun naskah Versi Raja James, yang juga dinamakan naskah rujukan atau naskah
Roma Katolik lebih mengutamakan penggunaan kata 'Ghost' yang bermakna 'Hantu'
atau 'Bayangan' daripada menggunakankata 'Spirit' dengan makna 'Roh'.
Sementara itu pada versi standar yang telah
diperbaiki dan merupakan versi terbaru, telah terjadi perubahan kata "Holy
ghost" /hantu atau bayangan kudus/ dengan kata 'Holy spirit' atau roh kudus.
"But the comforter which is 'the holy spirit'
whom the father will send in my name, he shall teach you all things and bring
all things to your rememberance what so ever I have said unto you." (St.John
14:26)
Coba anda bandingkan dengan isi St. John 14.26
sebelumnya yang saya kutipkan dari The Bible, A.D. 1611, The British and Foreign
Bible Society London.
Perhatikan perbedaan
penggunaan kata 'The holy spirit' dengan 'The holy ghost' !
Jika kita amati, tidak ada penginjil dari
tingkat manapun yang berusaha membandingkan makna istilah 'Paraclete' dalam
naskah asli berbahasa Yunani dengan bayangan atau hantu kudus /holy ghost/.
Dengan demikian, dengan mantap kita katakan
bahwa AlMu'azzi atau si penolong itu adalah Roh Kudus atau yang berketuhanan.
Dan dengan sendirinya, Roh Kudus atau yang berketuhanan itu adalah seorang Nabi
yang kudus atau yang berketuhanan.
Dalam ajaran Islam, Nabi manapun, sebelum
pengutusan Muhammad Rasulullah Al-Amin oleh Allah Swt adalah seorang Nabi yang
kudus atau berketuhanan yang dipilih dan dijaga Allah dari dosa dan kesalahan.
Bagi seorang Muslim juga ketika mengungkapkan Nabi, pikirannya akan langsung
tertuju kepada Nabi Muhammad Saw.
Sebagai pengarang Injil, Johanes telah menulis
tiga risalah Injil umat Kristen. Didalamnya, dia menggunakan ungkapan Roh Kudus
untuk menunjukkan kenabian yang berketuhanan
"Saudaraku yang terkasih, janganlah percaya
akan setiap roh, tetapi ujilah roh -roh itu, apakah mereka berasal dari Allah;
sebab banyak dari Nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi keseluruh
dunia".
(I Johanes 4:1)
Dalam ayat diatas, kata Roh merupakan kata yang
bersinonim dengan kata Nabi.
Jadi, Roh yang hakiki
adalah Nabi yang hakiki juga, dan roh palsu adalah Nabi yang palsu juga.
Dalam Bible 'Authorised King James Version,
ketika sampai pada kata 'Roh' yang pertama pada ayat tersebut, diarahkan agar
para pembacanya membandingkan dengan yang tertera dalam Matius 715 yang
mengukuhkan bahwa para Nabi palsu itu adalah roh-roh palsu. Berdasarkan itu dan
mengikuti pendapat Johanes juga, Roh kudus atau holy spirit adalah Nabi yang
berketuhanan alias Holy prophet.
Lebih jauh lagi, Johanes telah memberikan tolak
ukur yang jelas untuk mengenali Nabi yang sebenarnya dengan mengatakan
"Demikianlah kita mengenal Roh Allah; setiap
roh yang mengaku bahwa Jesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari
Allah."
(I Johanes 4:2)
Dan menurut pemahaman kalimat-kalimat Johanes
dalam penafsiran yang pernah kita bahas, roh itu sinonim dengan Nabi.
Berdasarkan itu, makna Roh Allah dalam ayat diatas adalah Nabi Allah, dan makna
setiap Roh adalah setiap Nabi.
St. John 16:14
"Dia akan memuliakan aku, karena dia akan menerima dari aku dan akan
memperlihatkannya kepadamu."
Kita pun wajib mengetahui apa yang dikatakan
Nabi Muhammad Saw tentang Isa Almasih alias Jesus The Christ Son of Mary.
Didalam Qur'an telah disebut nama Isa a.s,
lebih dari dua puluh lima kali dan digelarinya dengan berbagai gelar dan sifat,
diantaranya 'Isa putra Maryam', 'Seorang Nabi', 'Seorang shaleh', 'Kalimah
Allah', 'Masihullah' dan lain sebagainya.
Semuanya menunjukkan bahwa betapa Nabi Muhammad
sangat memuliakan Isa Almasih, Son of Mary.
Adapun sebagai baiknya, kita melihat pada
ciri-ciri yang dinubuatkan oleh Jesus mengenai The Holy -SpiritGhost- didalam
kitab Injilnya.
Dari St. John 16:8 hingga 16:14
"And When he is come, he will reprove the world of sin and
righteousness and of judgment of sin, because they believe not on me of
righteousness, because I go to my father and ye see me no more of judgment
because the prince of this world is judged. I have yet many things to say unto
you but you can not bear them now. How beit when he, the 'spirit of truth' is
come, he will guide you into all truth; for he shall not speak of himself, but
whatsoever he shall hear, that shall he speak, and he will show you things to
come."
The comforter alias the holy -spiritghost-
menurut yang dinubuatkan oleh Jesus dalam Bible, adalah The Spirit of Truth yang
akan memperbaiki dunia dan menjelaskan mengenai dosa, keadilan dan juga mengenai
tata cara perhukuman.
Selain itu, Jesus juga berkata bahwa utusan
berikutnya itu akan membimbing manusia menuju kejalan Tuhannya, kepada jalan
kebenaran yang hakiki dan akan berbicara mengenai hal-hal yang akan mendatang.
Semua nubuat tersebut adalah cocok dengan Nabi
Muhammad Saw Al-Amin.
Rasulullah membimbing manusia
untuk kembali pada jalan Tuhan yang benar, memperbaiki akidah manusia untuk
bertauhid, menyembah Tuhan yang Esa, bukan Tuhan yang Tiga.
Beliau datang untuk mengembalikan kemurnian
ajaran yang dibawa oleh Ibrahim, Musa, Daud, Sulaiman, Yahya, Isa dan Nabi-nabi
lainnya yang telah dirusak dengan berbagai macam kejahiliyahan masyarakat.
Nabi Muhammad telah datang dengan segala
perundang-undangannya, berbicara mengenai dosa, berbicara mengenai keadilan dan
juga berbicara mengenai hari kiamat yang akan datang.
Almasih sendiri mengatakan bahwa memang banyak
yang hendak diucapkannya kepada Bani Israel, namun sebagian besarnya tidak akan
dimengerti oleh umatnya pada masa itu, apalagi dalam menjalankan misi dakwahnya,
Almasih selalu diburu dan dikejar oleh musuh-musuhnya.
Dengan perkenan Allah, Jesus memutuskan bahwa
semua tugas kenabiannya yang belum selesai itu akan diserahkan kepada Muhammad
dengan AlQur'annya, yang akan membimbing, tidak hanya kepada Bani Israel,
melainkan kepada seluruh manusia dimaya pada ini sesuai dengan fungsinya membawa
rahmat keseluruh alam.
Nabi Yahya alias John sendiri berkata dalam St.
Matthew 3:11
"I indeed baptize you with water unto
repentance, but he that cometh after me is mightier than I, whose shoes I am not
worthy to bear He shall baptize you with the holy ghost and with fire".
Jika perkataan John diatas kita tujukan pada
diri Jesus, itu kurang tepat, sebab Jesus sendiri datang kepadanya dan minta
dibaptiskan yang berarti bahwa dia dan Jesus adalah sederajat.
St. Matthew 313
"Then cometh Jesus from Galilee to Jordan unto John to be baptized
of him."
Jadi kalimat John tersebut dimaksudkan untuk
kedatangan Muhammad Saw selaku Nabi terakhir dalam jajaran kenabian Tuhan,
dimana Ruh suci dan Api yang dengannya ia akan membaptis orang adalah dua
kalimah syahadat Pengakuan mengenai Keesaan Tuhan serta hukum yang diturunkanNya
serta pengakuan terhadap Kerasulan Muhammad Saw Al-Amin.
Akidah atau kepercayaan adalah suatu soal yang
tetap dan tidak berubah.
Allah adalah yang
menciptakan segala yang ada, karena itu Allah sajalah yang berhak disembah,
Dialah satu-satunya tempat meminta pertolongan, Dia yang tiada berserikat
didalam menjalankan kekuasaanNya.
Nabi Muhammad akan tampil sebagai sosok pribadi
yang gagah perkasa bagaikan Nabi Musa, mempunyai kebijaksanaan sehingga semua
alam ikut bertasbih bersamanya seolah Nabi Daud, berotak brilian dan kekayaan
hatinya melebihi kekayaan Nabi Sulaiman, memiliki wajah yang tampan rupawan
laksana rupa Nabi Yusuf, mempunyai ketabahan yang besar melebihi ketabahan Nabi
Yunus yang terperangkap dalam perut ikan dan Nabi Ibrahim yang tidak goyah
dibakar api, bersikap kasih sayang sebagaimana Isa Almasih serta bersikap dan
tampil sebagai sosok Al-Amin yang patuh kepada Tuhannya sebagai perwujudan sifat
dari para malaikat.
Dialah sosok Nabi dan Holy Prophet yang
dinantikan, dimana tiada lagi Nabi yang akan diutus setelah wafatnya kecuali
para mujaddid yang berlaku sebagai 'utusan Tuhan' dari berbagai kaumnya
sekaligus berfungsi sebagai pengembang dan perpanjangan tangan para Nabi Allah.
"Hubunganku dengan kenabian sebelumku seperti
layaknya pembangunan suatu istana yang terindah yang pernah dibangun. Semuanya
telah lengkap kecuali satu tempat untuk satu batu bata. Aku mengisi tempat
tersebut dan sekarang sempurnalah istana itu."
Muhammad Al-Amin sang Paraclete, dilahirkan
pada hari Senin 12 Rabi'ul awal tahun gajah atau bertepatan dengan tahun 570
Masehi.
Terlahir dari Ibu bernama Siti Aminah Binti
Wahab dan ayahnya Abdullah Bin Abdul Muthalib, keturunan Bani Ismail, putra Nabi
besar Ibrahim as yang dijanjikan oleh Allah, dan sekaligus merupakan kakak dari
Nabi Ishak, putra Nabi Ibrahim dari Siti Sarah yang menurunkan Nabi-nabi besar
untuk umat Israel.
Sang ayah, Abdullah, meninggal di Yastrib dalam
perjalanan berdagangnya, jauh hari sebelum Muhammad dilahirkan.
Ketika beliau masih bayi, selain menyusu kepada
ibu kandungnya, Muhammad juga pernah disusui oleh Tsuwaibah Al Aslamyah dari
Bani Aslam yang juga budak dari Abu Lahab, bersama-sama dengan Hamzah bin Abdul
Muthalib pamannya yang sebaya usianya dengan Muhammad, dan selanjutnya menyusu
kepada Halimah Al-Sa'diyah, dari Bani Sa'ad yang terletak antara Mekkah dan
Thaif yang bersuamikan Abu Zuaib.
Sejak dari kandungan ibunya, hingga ia lahir,
Muhammad sudah menunjukkan berbagai mukjizatnya sebagai tanda-tanda kenabiannya
kelak dikemudian hari.
Setelah masa penyusuannya usai, Muhammad
kembali kepelukan ibunya, Siti Aminah.
Setahun
kemudian, Muhammad kecil beserta ibunya dan seorang inang pengasuhnya bernama
Ummu Aiman melakukan ziarah kemakam Abdullah, ayah Muhammad dan suami Aminah di
Yastrib.
Selama satu bulan mereka tinggal di Yastrib
dengan menumpang dirumah keluarga mereka dari Bani Najjar.
Dalam perjalanan pulang kembali kekota Mekkah,
tepat disebuah desa bernama Abwaa', Aminah jatuh sakit dan wafat disana, waktu
itu usia Muhammad sudah 6 tahun.
Karena jaraknya
kekota Mekkah masih cukup jauh, akhirnya jenazah Aminah dikuburkan didesa Abwaa'
tersebut dan Muhammad beserta inangnya, Ummu Aiman kembali kekota Mekkah berdua.
Abdullah telah pergi, Aminah pun telah pula
pergi setelah keduanya melakukan kewajiban yang diamanatkan kepada keduanya.
Anak yang mulia itu kini menjadi yatim piatu seperti kehendak Allah, kehilangan
ibu sebagaimana ia telah lebih dulu kehilangan ayah, tidak ada lagi yang akan
menolongnya dalam segenap hal selain daripada Allah yang sudah mentakdirkan
sekalian takdir.
Tuhan memanggil kedua orang tuanya, dan Tuhan
juga yang menanggung akan memlihara anak yang mulia itu selain daripada inang
pengasuhnya Ummu Aiman, yang sekarang berfungsi sebagai ibu baginya dan juga
kelak dikemudian harinya sebagai saksi hidup mengenai apa dan siapa sesungguhnya
sosok Muhammad itu.
Dialah yang memelihara Muhammad dalam
perjalanan tersebut, mengurusi makan dan tidurnya, menjaganya dari semua mara
bahaya, hingga akhirnya tiba dikota Mekkah dan diserahkan pada Abdul Muthalib,
kakeknya.
Dua tahun setelah Muhammad diasuh oleh
kakeknya, akhirnya pada usia 80 tahun, Abdul Muthalib kembali kerahmatullah,
wafat dengan tenang setelah dia menyerahkan pengurusan Muhammad kepada putra
tertuanya Abu Thalib yang menggantikan kedudukan ayahnya sebagai penguasa
tertinggi dikota Mekkah saat itu.
Meski demikian, kehidupan keluarga Abu Thalib
sendiri sangatlah serba kekurangan, dia menghidupi keluarganya dengan jalan
berdagang.
Sejak itulah, Muhammad mulai belajar berdagang
dan membantu pamannya didalam menjalankan roda kehidupan.
Kejujurannya, keterjauhannya dari semua yang
bersifat keberhalaan, kedisiplinannya, ketangkasannya serta keuletan kerjanya
membuat ia digelari orang dengan nama Al-Amin yang berarti orang yang jujur atau
terpercaya, meski saat itu ia masih kecil.
Pada usianya yang ke-12 tahun, Muhammad Al-Amin
dan pamannya Abu Thalib pergi berdagang kekota Syiria dan bertemu dengan seorang
rahib bernama Bahiera atau Lautan Ilmu.
Rahib itu sendiri adalah seorang pengikut setia
ajaran Isa Almasih dari Nashara.
Dia bukanlah dari
seorang yang menyekutukan Tuhan sebagaimana kebanyakan ahli kitab lainnya.
Ensyclopedia of Britannica telah mencatat bahwa
Bahiera adalah seorang ulama Nashara yang sangat tinggi ilmu agamanya dan ia
pernah memegang jabatan Patriarch di Konstantinopel dari tahun 428 - 431 Masehi.
Kedudukannya amatlah tinggi, pengikutnya pun cukup banyak. Namun karena faham
Bahira adalah mengesakan Tuhan, diapun ditindas dan dibuang.
Sang rahib itu dihadapan kabilah Abu Thalib
mewanti-wanti agar merawat dan menjaga Muhammad sebaik mungkin sebab dia telah
melihat tanda-tanda kenabian pada dirinya, sebagaimana yang termaktub dalam
ajaran Isa Almasih sejati.
Sejak itulah pamannya Abu Thalib begitu teliti
dan hati-hati sekali didalam menjaga Muhammad, bahkan curahan kasih sayang yang
diberikannya kepada Al-Amin ini melebihi apa yang diberikannya kepada putra
kandungnya sendiri.
Masa kecilnya juga dilewati dengan
menggembalakan kambing penduduk Mekkah dengan imbalan Al Qaraarith, yaitu
pecahan uang dinar atau dirham perak yang dapat dipergunakan untuk mencukupi
keperluan hidup masa itu.
Kejujuran Muhammad dalam menjalankan dagangan
dan gembalaan, telah sama-sama diketahui orang, dan tidak sedikit yang
menitipkan barang dagangannya kepada Muhammad.
Muhammad kecil tidak sedikitpun mengambil
untung dari titipan orang tersebut, tidak juga dia berkhianat dalam menjalankan
perdagangannya.
Selanjutnya, putra Mekkah yang bergelar Al-Amin
ini, sebelum mencapai usia 25 tahun telah menjadi seorang saudagar kafilah
terbesar di Tanah Arab. Semakin banyak pula orang yang menyerahkan dagangannya
kepada beliau.
Pada usianya yang ke-25 tahun, Muhammad menikah
dengan seorang wanita saudagar terhormat dan merupakan orang terkaya waktu itu
diantara penduduk Mekkah, namanya Siti Khadijjah binti Khuwailid Bin Abdul Uzza
Bin Qushai ditahun 596 M.
Khadijjah digelari orang dengan sebutan Saydah
Quraisy atau Ibu Quraisy. Sebelum menikah dengan Muhammad, Khadijjah sudah dua
kali bersuami dengan orang kaya dari Bani Muchzum, tapi keduanya meninggal dunia
dan ia sendiri telah mempunyai dua orang anak dari hasil perkawinannya
terdahulu.
Meskipun Khadijjah berusia 40 tahun dengan dua
orang anak pada masa itu, namun cinta Muhammad kepadanya adalah cinta yang penuh
terus menerus selama 25 tahun sesudahnya, yaitu hingga Muhammad berusia 50 tahun
dan Khadijjah berusia 65 tahun dengan dikaruniai 6 orang anak.
Karenanya pula selain bergelar Saydah Quraisy,
Siti Khadijjah juga digelari sebagai wanita yang Al-Wadud Al-Walud, artinya
seorang wanita yang sejati dan punya banyak anak.
Adapun anak-anak dari perkawinan Muhammad
dengan Khadijjah adalah Al-Qasim, Abdullah At-Tahir, Zainab, Ruqayah, Ummu
kalsum dan Fatimah Azzahra. Adapun Al -Qasim dan Abdullah At-Tahir, wafat sejak
kecilnya.
Putrinya yang tertua yaitu Zainab menikah
dengan Abul 'Ash Bin At Rabi' Bin Abdi Syams, ibu dari Abul 'Ash ini adalah
saudara perempuan dari Khadijjah dan dari perkawinannya itu Zainab mendapatkan
dua orang anak, yang perempuan bernama Umamah dan yang laki-laki bernama Ali.
Ketika ayahnya, Muhammad, diangkat menjadi Nabi
dan Rasul, Zainab pun mengajak suaminya itu untuk ikut memeluk Islam, tapi
ditolak olehnya, sementara Zainab sendiri telah beriman mengikuti sang ayah dan
terpaksa berpisah dengan suaminya itu.
Ketika terjadi peperangan Badar, 17 Ramadhan
tahun 2 atau 13 Maret 624, Abul 'Ash bersama-sama kaum Musyrikin Mekkah
mengangkat pedang, mengobarkan perlawanan terhadap Nabi Muhammad Saw dan umat
Islam. Namun tidak lama setelah itu, Abul 'Ash memeluk Islam hingga akhir
hayatnya pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar dan kembali melangsungkan
pernikahannya dengan Zainab secara Islam.
Putri Muhammad yang kedua yaitu Ruqayah menikah
dengan 'Utbah Bin Abu Lahab, begitu pula dengan putrinya ketiga, Ummu Kalsum,
menikah dengan 'Utaibah Bin Abu Lahab, saudara 'Utbah hanya selang beberapa
waktu sebelum Muhammad mendapat wahyu.
Kelak dikemudian hari, dimana Muhammad telah
diangkat menjadi Nabi dan Rasul serta bertugas menyampaikan dakwahnya kepada
manusia, kedua putrinya ini bercerai dengan masing-masing putra Abu Lahab itu
dan menikah dengan Usman Bin Affan yang didahului oleh Ruqayah, meninggal
setelah peperangan Badar usai, dan digantikan oleh Ummu Kalsum, putri Nabi yang
ketiga, sehingga karenanya Usman Bin Affan digelari Zun Nuraini, yaitu yang
memiliki dua cahaya.
Fatimah sendiri waktu itu masih kecil dan belum
menikah.
Ia dilahirkan pada tahun 606 M atau tahun
ke-10 perkawinan Nabi dengan Khadijjah.
Dia ikut
merasakan pahit getirnya dakwah Islamiyah yang dilakukan oleh ayahnya, ia
menyaksikan sejak awal betapa duka derita yang dialami oleh Muhammad.
Fatimah juga yang pergi kemasjid untuk
membersihkan kotoran-kotoran hewan yang dicampakkan oleh orang-orang kafir
kepada Nabi, dan ia juga yang membersihkan darah yang mengalir dari wajah
ayahnya ketika terluka dalam perang Uhud yang juga menewaskan paman Nabi, Hamzah
Bin Abdul Muthalib ditangan Wahsyi dan Hindun.
Selain daripada itu, Muhammad juga mengambil
seorang anak angkat laki-laki bernama Zaid Bin Haritsah, seorang anak dari Bani
Al-Kalby yang dijual oleh sekawanan perampok kepasar Ukazd dan dibeli oleh
Khadijjah untuk menjadi hamba sahayanya namun dibebaskan oleh Muhammad dan
diangkat sebagai seorang anak.
Sementara itu, sejak menginjak usia 36 hingga
40 tahun, Muhammad lebih banyak mengasingkan dirinya jauh dari keramaian dan
hiruk pikuk manusia yang menyembah berhala dikota Mekkah.
Sebagaimana yang diketahui sejak awal, dari
kecil Muhammad tidak pernah mengikuti tata cara peribadahan masyarakat
disekitarnya yang menyembah berhala yang mereka buat dengan tangan mereka
sendiri.
Dalam pengasingan dirinya itu, Muhammad memilih
gua Hira untuk tempatnya Tahannuts, mendekatkan dirinya kepada Tuhan dengan
mengikuti Risalah Ibrahim dan Ismail, nenek moyangnya dahulu kala.
Gua Hira terletak pada bagian atas suatu gunung
yang sekarang bernama Jabal Nur (Gunung Cahaya), Gua tersebut berjarak 2 farsach
atau 6 mil disebelah utara Mekkah dan untuk mendakinya saat ini secara terus
menerus memakan waktu lebih kurang 40 menit lamanya dan jarak antara puncak
Jabal Nur dengan Gua Hira sekitar 20 meter. Ketinggian total Jabar Nur sendiri
lebih kurang 200 meter dari bawah.
Tahannuts yang dilakukan oleh Muhammad ini
tidaklah mencontoh ibadah umat Nashara dengan mengasingkan diri secara total
dari kehidupan masyarakat ramai dan menjauhi Sunnatullah, seperti beristri,
berketurunan dan lain sebagainya.
Ia pergi ke Gua Hira dan sering tinggal
beberapa hari dan beberapa malam disana baru pulang kembali ke Mekkah, berkumpul
bersama keluarganya.
Pada suatu malam tanggal 17 Ramadhan, bersamaan
dengan 06 Agustus 610 Masehi 203 tahun 41 dari kelahirannya atau ketika usia
manusia yang mulia yang digelari orang sebagai Al-Amin itu mencapai 40 tahun 6
bulan 8 hari (tahun Qamariyah/Bulan) atau berusia 39 tahun 3 bulan 8 hari (tahun
Syamsiah/Matahari), turunlah Malaikat Jibril kepadanya untuk menyampaikan wahyu
yang telah ditetapkan oleh Tuhan, dan menyatakan Kalimah Allah bahwa pada malam
itu juga beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul Allah, menjadi penerus risalah
para Nabi sebelumnya.
Wahyu yang pertama kali turun tersebut adalah
Surah Al-Alaq ayat 1-5
"Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang telah
menjadikan.
Dia telah menjadikan manusia dari
segumpal darah ('alaq -bisa juga diartikan "sesuatu yang lekat")
Bacalah ! Karena Tuhanmu Yang Maha Mulia !
Yang mengajar dengan Qalam (ilmu pengetahuan)
Mengajar manusia apa yang tiada ia ketahui."
Demikianlah wahyu yang pertama kali diturunkan,
mengandung isyarat kepada manusia untuk mempelajari asal usul kejadiannya agar
mereka insyaf terhadap dirinya. Juga menyuruh manusia untuk dapat belajar
membaca dan menulis serta menuntut ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan
lainnya.
Malam permulaan turunnya AlQur'an tersebut
dikenal dengan malam 'Lailatul Qadar', yaitu suatu malam yang penuh kemuliaan
dan kesejahteraan sebagaimana yang difirmankan Allah
"Sungguh, Kami telah menurunkannya pada malam
kemuliaan.
Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan
itu ?
Malam kemuliaan itu lebih utama daripada
seribu bulan !
Turun malaikat dan Ruh kepadanya
dengan izin Tuhannya dengan segala urusan.
Sejahtera ia ! Sampai terbit fajar."
(QS. 97:1-5)
Secara berangsur-angsur wahyu turun kepada
Rasulullah Muhammad Saw selama 20 tahun 2 bulan 22 hari dalam 23 tahun periode
keNabiannya dengan menghitung 3 tahun lamanya Rasul tidak mendapatkan wahyu
semenjak ia dapatkan pertama kalinya di Gua Hira.
Wahyu terakhir dari Allah yang ia terima adalah
pada tanggal 09 Dzulhijjah, 07 Maret 632 Masehi, saat Nabi sedang berwukuf
dipadang 'Arafah bersama-sama kaum Muslimin melaksanakan Haji Wada' (Haji
perpisahan) yaitu Surah Al-Maidah ayat 3
"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu
agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Aku telah ridhai Islam
sebagai agamamu."
(QS. 53)
Sang Paraclete yang agung, Nabi Al-Muntazhar
atau Nabi yang ditunggu-tunggu oleh semua umat manusia itu telah tiba, beliaulah
sosok Comforter dan sosok Spirit of Truth sebagaimana yang disinggung oleh St.
John 1613 yang akan memandu manusia kepada semua kebenaran, sebab dia tidak akan
berbicara atas kehendak hawa nafsunya sendiri, melainkan berdasarkan wahyu yang
dia dengar dari Tuhannya, itulah yang akan disampaikannya.
Janji Tuhan kepada Nabi besar Ibrahim pada
Genesis 2118 dan 1720 yang menyatakan akan menjadikan keturunan Ismail sebagai
suatu bangsa yang besar telah terpenuhi yang diawali dengan kelahiran dan
pengutusan Rasulullah Muhammad Saw Al-Amin yang ajarannya kelak akan
menghantarkan Bangsa Arab sebagai suatu bangsa yang besar sebagai pusat
penyebaran Islam.
"And as for Ishmael, I have heard thee Behold,
I have blessed him and will make him fruitful, and will multiply him
exceedingly; twelve princes shall he begot, and I will make him a great Nation."
(Genesis 17:20)
"Arise, lift up the lad, and hold him in thine
hand; for I will make him a great Nation." (Genesis 21:18)
Juga janji Nabi Musa yang terdapat dalam kitab
Tauratnya
"The Lord reigneth; let the earth rejoice, let
the multitude of isles be glad thereof, clouds and darkaness are round about him
Righteousness and judgment are the habitation of his throne. A fire goeth before
him and burned up his enemies round about. His lightnings enlightened the world
The earth saw, and trembled. The hills melted like wax at the presence of the
Lord, at the presence of the Lord of the whole earth. The heavens declare his
righteousness and all the people see his glory." (Psalm 9:71-6)
Mengenai istilah Lord yang berarti penguasa
atau yang kuasa, terbagi atas dua pengertian. Pertama Lord dipakai untuk Allah
yang berkuasa pada alam semesta selaku pencipta, Kedua Lord dipakai untuk
menunjukkan Nabi yang berkuasa dibumi ini dalam menjalankan tugas yang
diperintahkan Allah kepadanya dan sekaligus selaku Khalifah dibumi.
Contoh dari penggunaan double Lord ini bisa
dilihat pada Psalm 1:101
"The Lord said unto my
lord, Sit thou at my right hand, untill I make thine enemies thy footstool."
Begitulah akhirnya, dakwah yang disampaikan
oleh Rasulullah terhadap kaumnya dan semua manusia diluar itu, mendapatkan
tantangan yang sangat berat sekali.
Pada tahun 616 hingga 617 M telah terjadi
pemboikotan terhadap Nabi Muhammad dan kaum Muslimin semuanya termasuk keluarga
Bani Hasyim dan Bani Muthalib. Segala perhubungan putus sama sekali, dan pihak
Quraisy mengancam keras terhadap siapa -siapa yang berani melakukan hubungan
dengan mereka.
Akibat pemboikotan itu, Nabi dan kaum Muslimin
beserta keluarga Bani Hasyim dan Bani Muthalib, yaitu dua keluarga yang masih
ada hubungan darah dengan Rasulullah dan selama ini menjadi pembela Nabi,
terpaksa menyingkir, mencari perlindungan di Syi'ib, suatu tempat perbukitan
diluar kota.
Pada bulan Desember 619 M, tidak lama setelah
pemboikotan dihapuskan, istri Rasulullah Saw yang terkasih, Siti Khadijjah
meninggal dunia, kembali kerahmatullah dalam keadaan beriman.
Khadijjah, merupakan orang yang paling
dekat dengan Nabi, karena tidak saja ia sebagai seorang istri, tetapi pendamping
setia Rasulullah dalam suka dan duka.
Masa mudanya ia habiskan dalam membina karir
perdagangannya.
Namun kemudian ia mempersembahkan
semua yang dimilikinya untuk perjuangan suaminya -menegakkan ajaran Islam.
Selama bertahun-tahun Khadijjah mendampingi
Muhammad Saw, membina keluarga yang penuh ketentraman dan kebahagiaan. Ketika
Rasulullah Saw mendapat tugas yang berat -mengemban risalah Ilahiah- Khadijjah
meneguhkan hatinya dan menambah kepercayaan dirinya.
Ketika Nabi didustakan kaumnya, Khadijjah
meyakininya dengan tulus.
Khadijjah adalah orang
yang pertama percaya akan kenabian Muhammad sekaligus wanita pertama yang
memeluk Islam. Ketika masyarakatnya menyembah berhala, dibelakang sosok
laki-laki bernama Muhammad, dia bersujud menyembah Allah Yang Maha Esa.
Pada waktu orang-orang Quraisy mengucilkan
keluarga Rasulullah dipadang yang gersang, Khadijjah meninggalkan rumahnya yang
megah. Dia tidur dalam kemah yang sederhana.
Setiap hari dia bekerja keras membagikan
makanan yang sedikit kepada para pengikut Rasulullah Saw, tidak jarang dia dan
suaminya tidak kebagian makanan. Lebih jauh lagi, Khadijjah adalah ibu dari
anak-anaknya yang penuh kasih dan sayang.
Hanya selang beberapa minggu dari kematian
Khadijjah, Abu Thalib, paman Nabi yang selama ini melindunginya dari keganasan
dan gangguan kaum kafir Quraisy, meninggal dunia, yaitu pada bulan Januari 620
M.
Abu Thalib, adalah paman sekaligus juga
berfungsi sebagai ayah bagi Rasul semenjak kedua orang tua dan kakeknya tiada
sewaktu ia masih kecil, dan kini pamannya itu telah pula menyusul istrinya,
Khadijjah, kembali keharibaan Tuhan yang menciptakannya.
Dia adalah perisai Rasulullah, sehingga
meskipun begitu hebat ancaman dan gangguan yang dilakukan terhadap Nabi, namun
selama Abu Thalib masih hidup, mereka tidak berani melakukan gangguan-gangguan
phisik terhadap Rasulullah.
Semenjak kematian kedua orang inilah,
perlawanan kaum kafir Quraisy semakin menghebat dan menggila kepada diri Nabi
Muhammad dan umatnya.
Meskipun siksaan dan hinaan ditimpakan pada
diri Nabi yang agung ini oleh kaum kafir Quraisy yang sesekali juga bekerja sama
dengan umat Yahudi, tidaklah menjadikan surutnya perjuangan dakwah Rasulullah
Muhammad Saw didalam mengumandangkan seruan Tauhid kepada Ilahi.
Semakin hari pengikutnya semakin
bertambah.
Tercatatlah sejumlah nama-nama besar
pengikut Rasulullah Al-Amin ini.
Ali Bin Abu Thalib, putera pamannya sendiri, Abu Thalib., disusul
dengan Zaid Bin Haritsah, anak angkat beliau, Abdullah Bin Abu Kuhafa dari Bani
Taim Ibni Murra yang selanjutnya lebih dikenal dengan nama Abu Bakar, berusia 2
tahun lebih muda dari Nabi Muhammad dan kelak akan menggantikan kedudukan sang
Nabi sebagai pemimpin umat, menjadi Khalifah Islam pertama.
Sejumlah orang terkemuka lainnya mengikuti
jejak Abu Bakar dan sahabat yang lainnya, diantaranya adalah Usman Bin Affan
dari Bani Umayyah yang kelak kemudian hari menjadi Khalifah Islam ketiga
menggantikan Umar Bin Khatab, Salman Al-Farisi, Abdurrahman Bin 'Auf, Hamzah Bin
Abdul Muthalib, paman dan saudara sesusuan Rasulullah sejak kecil, bergelar
Singa Gurun Pasir, merupakan satu dari dua orang yang sangat ditakuti dan
disegani setelah Umar Bin Khatab, baik dalam kalangan Muslimin maupun kaum kafir
Quraisy, dia berhasil membunuh Abu Jahal dalam perang Badar.
Sa'ad Bin Abi Wakkas yang pada masanya menjadi
penakluk Parsi, Umar Bin Khatab dari Bani 'Adi Ibn-Ka'ab yang pada waktu
kekhalifahannya itulah Islam terus menyebar ke Suriah dan Palestina yang kala
itu menjadi bagian kekaisaran Byzantium, terus ke Turki, Mesir, Iraq, Iran
hingga Persia dan menyebrang ke Afrika Utara.
Sejarah mencatat bahwa dakwah Islam sudah
mencapai kenegri Tiongkok ketika Nabi Muhammad Saw sendiri masih hidup (627 M).
Adapun yang melakukan penyebaran Islam dinegri tersebut adalah sahabat Nabi yang
bernama Abu Kasbah, sekaligus mendirikan masjid pertama di Kanton.
Pada tahun 632 M, Abu Kasbah kembali kenegrinya
untuk melaporkan keadaan dinegri Tiongkok kepada Nabi Saw, tetapi kedatangannya
ke Madinah ternyata terlambat sebulan dari saat wafatnya Nabi, selanjutnya Abu
Kasbah kembali ke Tiongkok dan meninggal disana.
Kaisar Kao Tsung pernah mengirimkan perutusan
ke Madinah karena mengagumi atas munculnya 'kerajaan baru' dan mempunyai pedoman
agama yang kuat. Misi persahabatan ini dibalas oleh Khalifah Usman Bin Affan
(634-644 M) dengan mengirimkan misi persahabatan pula ke Tiongkok.
Perkembangan Islam yang luar biasa dan
berpengaruh terus dicatat hingga pada jaman Bani Umayyah (Mu'awiyah I, 565-661)
bersambung masa pemerintahan Khalifah Yazid (661-681) dan Mu'awiyah II
(681-683), Islam bergerak maju kesegala penjuru dunia, ke Utara, ke Timur dan ke
Barat (Spanyol 711 M) sampai pada pemerintahan Khalifah Sulaiman (715 M).
Tanggal 16 Juli 622 M adalah permulaan
perhitungan dan penanggalan baru, bertepatan dengan awal bulan Muharram tahun
pertama Hijrah Nabi Muhammad Saw dari kota Mekkah kekota Madinah yang waktu itu
masih bernama Yatsrib.
Hijrah itu sendiri terjadi untuk menghindari
penyiksaan demi penyiksaan dan pembunuhan demi pembunuhan yang dilakukan oleh
kaum kafir Quraisy terhadap para pengikut Rasulullah.
Allah berfirman dalam AlQur'an
"Sungguh Aku tidak akan menyia-nyiakan amalan
dari antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, sebagian kamu adalah turunan
dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari
kampung-kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang
terbunuh, akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan akan Aku masukkan
mereka ke dalam surga yang mengalir padanya sungai-sungai. Sebagai ganjaran dari
Allah, karena Allah itu pada sisi-Nya ada ganjaran yang baik". (QS. 3195)
Nabi Muhammad Saw sendiri tetap bertahan dikota
Mekkah hingga semua sahabat dan pengikutnya tidak ada lagi yang tertinggal
disana.
Hingga pada malam dimana Nabi sudah bersiap
untuk hijrah, rumah beliau dikepung oleh penduduk Mekkah yang bermaksud untuk
membunuhnya. Pertolongan Allah datang, manakala Nabi Muhammad keluar dari
rumahnya setelah meninggalkan beberapa wasiat kepada Ali bin Abu Thalib dan
menggantikan posisi beliau diatas tempat tidurnya.
Selanjutnya dalam perjalanannya itupun, Nabi
Muhammad kembali nyaris tertangkap oleh pihak kafir Quraisy suruhan Abu Jahal
seandainya saja Allah tidak melindunginya dengan memerintahkan Rasul bersembunyi
di Gua Tsur.
Perlindungan Allah datang melalui hukum-hukum
alamnya, misalnya dengan burung merpati yang terbang kedepan goa dan membuat
sarang, lalu mengerami telur disangkarnya itu. Serta adanya Laba-laba yang
membangun rumahnya ditengah-tengah pintu masuk Gua, sehingga menimbulkan kesan
bagi orang diluarnya bahwa gua tersebut tidak ada yang pernah memasukinya.
Tsur adalah sebuah bukit biasa saja yang lebih
tinggi dari bukit-bukit didaerah perbukitan sekeliling Mekkah. Bukit ini berada
lebih kurang 6 Km arah selatan Masjidil Haraam. Dibagian lerengnya terdapat
beberapa buah gua, dan pada bagian yang mendekati puncak terdapatlah Gua dimana
Rasulullah bersama sahabatnya Abu Bakar berlindung. Untuk mencapai Gua Tsur
tersebut, orang harus mendaki lebih kurang 1,5 jam.
Perjalanan Nabi Muhammad menuju kekota Madinah
(Yatsrib), memakan waktu selama delapan hari, dan kedatangan beliau disebuah
kota kecil, Quba, sekitar 9 mil dari Yatsrib, disambut oleh Kaum Muslimin Anshar
dengan penuh gembira dan keharuan.
Di Quba itu Rasulullah berhenti dan
beristirahat ditempat Bani Amr Bin Auf selama tiga hari, dan dalam pada itu,
setelah sehari tiba di Quba, Ali Bin Abu Thalib menyusul tiba pula menemui
Nabi.
Selama berada
Quba itu, Rasulullah dan para sahabatnya sempat mendirikan sebuah masjid yang
pertama dalam sejarah Islam yang dikenal dengan nama Masjid Quba, yang sampai
pada hari ini masjid tersebut tetap berdiri dengan megahnya setelah mengalami
beberapa kali perluasan dan renovasi.
Dari Quba, Rasulullah melanjutkan perjalanannya
ke Yatsrib.
Ketika sebelum sampai di Yatsrib, tiba
hari Jum'at dan matahari sudah miring kebarat, Nabi Muhammad sampai dikediaman
Bani Salim Bin 'Auf, yaitu suatu lembah yang bernama Wadi Ranwana', disitulah
Nabi melaksanakan shalat Jum'at serta khutbah pertamanya.
Rasulullah Saw akhirnya tiba dikota Yatsrib
atau Madinah sekarang ini, bersama sahabatnya Ali bin Abu Thalib, Abu Bakar,
Suraqah Bin Malik Bin Ya'syim serta pemandu jalan, Amir Bin Fuhairah dan
beberapa kaum muslimin lainnya pada bulan Rabi'ul awal, harinya berkisar antara
tanggal 2 hingga tanggal 16, bertepatan dengan bulan September 622 M.
Dengan demikian maka tahun terjadinya hijrah
dihitung sebagai tahun pertama, dengan penyesuaian bulan dan tanggal menurut
perhitungan tahun hilaliyah Arab. Sehingga akhirnya ditetapkanlah hari pertama
bulan Muharram menjadi awal tahun hijriyah menggantikan hari dan tanggal tibanya
Nabi di Madinah.
Di Madinah ini, Rasulullah mendirikan masjid
Nabawi, dan membangun rumahnya berdekatan dengan masjid tersebut. Rasulullah
sendiri langsung memimpin pembangunan masjid itu bersama kaum Anshar dan
Muhajirin.
Kaum Muslimin Anshar, adalah sebutan untuk kaum
Muslimin yang ada dikota Yatsrib/Madinah, sedangkan Kaum Muslimin Muhajirin
adalah sebutan untuk kaum Muslimin yang melakukan hijrah dari Mekkah ke Yatsrib.
Seringkali orang-orang menamakan Negara Islam
yang pertama kali berdiri dahulu itu dengan nama Negara Madinah karena berada
dikota Madinah. Tetapi nama ini sering menimbulkan salah pengertian, dimana
Negara Madinah disamakan dengan City State (Negara Kota) seperti Athena dan
Sparta dijaman purba.
Sebenarnya, negara hijrah, mempunyai kaitan
yang luas dengan Madinah.
Negara Hijrah itu adalah
berdasarkan suatu ideologi internasional yang bisa saja didirikan ditempat
manapun yang telah menganut ideologi yang diajarkan Islam.
Hal ini sudah terbuki pada waktu pemerintahan
Khalifah Ali Bin Abu Thalib, pusat pemerintahan dipindahkan ke Iraq.
Di Madinah, tidak terdapati hal-hal yang
sebagaimana terjadi pada peristiwa imigrasi orang-orang Eropa kebenua Amerika
atau ke Australia atau ke Afrika Selatan. Kaum Muhajirin disana tidak pernah
berkeinginan untuk menghabisi atau mengusir penduduk asli Madinah, tidak pernah
mengadakan penjajahan atau pembedaan terhadap para pendatang.
Negara Hijrah adalah Negara Aqidah Islamiyah
dimana penduduk asli kota Madinah dan orang-orang Muhajirin yang bermukim disana
berada pada posisi kemanusiaan dan kedudukan hukum yang sama. Suatu Aqidah atau
ideologi bersifat terbuka bagi semua orang, karena kemanusiaannya semata, tanpa
memandang dari negri mana dan suku apapun dianya. Negara Hijrah adalah negara
terbuka bagi setiap orang dan setiap kelompok. Dia tidak menutup diri seperti
negara-negara agama lainnya sepanjang sejarah.
"Jika kita mengukur kebesaran dengan pengaruh,
dia seorang raksasa sejarah. Dia berjuang meningkatkan tahap rohaniah dan moral
suatu bangsa yang tenggelam dalam kebiadaban karena panas dan kegersangan gurun.
Dia berhasil lebih sempurna dari pembaharu manapun; belum pernah ada orang yang
begitu berhasil mewujudkan mimpi -mimpinya seperti dia," tulis Will Durant dalam
the Story of Civilization terhadap diri Nabi Muhammad Saw.
"Dia datang seperti sepercik sinar dari langit,
jatuh kepadang pasir yang tandus, kemudian meledakkan butir-butir debu menjadi
mesiu yang membakar angkasa sejak Delhi ke Granada." Tambah Thomas Carlyle dalam
On Heroes and Hero Worship.
Dengan sejumlah informasi yang mereka miliki,
Durant dan Carlyle berusaha melukiskan kebesaran Rasulullah Saw. Mereka tidak
pernah berjumpa dengan Nabi yang mulia. Mereka tidak pernah melihat wajah atau
mendengar suaranya. Mereka bahkan tidak beriman kepada apa yang dibawa oleh Nabi
Saw. Mereka hanya menyaksikan lewat lembaran-lembaran sejarah yang mereka
teliti.
Muhammad Saw, sebagaimana Nabi-nabi Allah yang
lain, datang bukan hanya sekedar mengajarkan shalat dan doa. Dia adalah tokoh
revolusioner yang memimpin kelompok tertindas melawan kezaliman sistem yang
berlaku. Dia tampil membimbing kaum Mustadh'afin untuk mengubah nasibnya dan
menentang kaum Mustakbirin supaya menghentikan keserakahannya. Karena itu, dia
didukung rakyat kecil dan dibenci kebanyakan penguasa.
Rasulullah mengatur tata tertib kehidupan
setiap umat Islam dengan cermat.
Beliau melahirkan
beberapa pengajaran penting dalam kehidupan bermasyarakat.
Seorang penulis biographi Nabi yang cukup
dikenal, yaitu Muhammad Ahmad Djadil Maula Beik dalam bukunya "Muhammad Al
Matsalul Kamil" (Muhammad teladan sempurna) mengemukakan tiga macam kerja
raksasa yang dibawanya.
Kerja raksasa itu telah dapat direalisir Nabi
selama masa kerasulannya yang berlangsung selama 23 tahun, yaitu 13 tahun dikota
Mekkah dan 10 tahun dikota Madinah. Ialah
- Innahu
Kawwana Ummatan; Membentuk suatu ummat
- Wassasa
daulatan; Mendirikan suatu negara
- Waaqoma
dinan; Menegakkan suatu agama
Sebagai karya raksasa pertama, Nabi Muhammad
telah berhasil membangun suatu umat yang besar. Umat yang merekam sejarah
ke-emasan dalam peradaban manusia. Yang dibangun serta dibentuknya dari suatu
bangsa yang lemah, bobrok dalam segala bidang, bangsa yang terpecah belah dalam
kesukuan dan kabilah, satu sama lainnya bermusuhan, bangsa berjiwa kasar dan
berwatak buas jauh dari nilai-nilai akhlak dan budaya, yaitu bangsa Arab
Jahiliyah yang sangat terbelakang baik material maupun spiritual. Suatu bangsa
yang tidak pernah dikenal sebelumnya sama sekali dalam catatan sejarah dunia.
Bangsa seperti bangsa Arab yang sedemikian rupa
keadaannya, dalam tempo relatif singkat, hanya kurang dari seperempat abad telah
berubah keadaannya sama sekali.
Dari suatu bangsa yang tidak masuk "bilangan"
atau perhitungan, berubah menjadi suatu bangsa yang disegani, dihormati bahkan
ditakuti. Bukan karena kekejaman dan keganasannya melainkan karena keluhuran dan
kebesaran jiwanya, karena kecemerlangan peradaban dan kebudayaannya. Sebagai
perwujudan janji Tuhan kepada Ibrahim atas keturunan Ismail kelak ratusan tahun
dari masanya.
Berkat perjuangan Muhammad Rasulullah Saw
Al-Amin, bangsa yang semula terasing di Sahara sekarang menentukan sejarah umat
manusia. Orang-orang Arab yang miskin kini menjadi penguasa dunia meskipun
keadaan diri Rasul yang agung itu sendiri bertolak belakang dengan kejayaan yang
dicapainya, dia berada dalam keadaan yang serba kekurangan dan sederhana hingga
hari wafatnya, beliau hanya meninggalkan kitabullah dan keluarganya.
Ini adalah tujuan terakhir bagi manusia; untuk
menjadi tuan rumah didalam semesta dan menyaksikan ketentraman jiwanya bersama
Tuhannya, yang tidak hanya Tuhannya merasa senang, tetapi diapun merasa senang
bersama Tuhannya.
Kesenangan yang sempurna. Kepuasan yang
sempurna. Kedamaian yang sempurna.
Kasih sayang
Tuhan adalah makanannya dipentas dunia ini dan dia minum dari air mancur
kehidupan. Duka cita dan kekecewaan tidak meliputinya dan keberhasilan tidak
menjadikan dia sombong dan merasa mulia.
Jika keagungan tujuan, kesempitan sarana dan
hasil yang menakjubkan, adalah tiga kriteria kejeniusan manusia, siapa yang
berani membandingkan manusia yang memiliki kebesaran didalam sejarah modern
dengan Muhammad ?
Orang-orang paling terkenal menciptakan
tentara, hukum dan kekaisaran semata.
Mereka
mendirikan apa saja, tidak lebih dari kekuatan material yang acapkali hancur
didepan mata mereka sendiri.
Nabi Muhammad Saw, Rasul Allah yang agung,
penutup semua Nabi, tidak hanya menggerakkan bala tentara, rakyat dan dinasti,
mengubah perundang-undangan, kekaisaran. Tetapi juga menggerakkan jutaan orang
bahkan lebih dari itu, dia memindahkan altar-altar, agama-agama, ide-ide,
keyakinan-keyakinan dan jiwa -jiwa.
Berdasarkan sebuah kitab, yang setiap ayatnya
menjadi hukum, dia menciptakan kebangsaan beragama yang membaurkan bangsa-bangsa
dari setiap jenis bahasa dan setiap ras.
Dalam diri Muhammad, dunia telah menyaksikan
fenomena yang paling jarang diatas bumi ini, seorang yang miskin, berjuang tanpa
fasilitas, tidak goyah oleh kerasnya ulah para pendosa.
Dia bukan seorang yang jahat, dia keturunan
baik-baik, keluarganya merupakan keluarga yang terhormat dalam pandangan
penduduk Mekkah kala itu. Namun dia meninggalkan semua kehormatan tersebut dan
lebih memilih untuk berjuang, mengalami sakit dan derita, panasnya matahari dan
dinginnya malam hari ditengah gurun pasir hanya untuk menghambakan dirinya demi
Tuhannya. Dia lebih baik dari apa yang semestinya terjadi pada seseorang seperti
dia.
Mereka, para sahabatnya, orang-orang Arab, yang
terlahir bergumul dengannya selama 23 tahun, begitu menghormatinya.
Padahal mereka itu adalah orang-orang liar,
mudah meledak dan cepat terseret kedalam pertikaian yang sengit. Tanpa semua
ketulusan hati, keberanian yang dahsyat, kebenaran nilai dan kedewasaan, tak ada
orang yang dapat memerintah mereka.
Tetapi mereka mau memanggil Muhammad sebagai
Nabi, sebagai pimpinan, sebagai seorang bapak dan sebagai manusia yang harus
mereka hormati dan mereka patuhi.
Disana Muhammad berdiri bertatap muka dengan
mereka, nyata tidak tersembunyi dalam suatu misteri, ia menjahit jubah
panjangnya dan memperbaiki sepatunya sendiri. Bertempur, menasehati, memerintah
ditengah-tengah mereka, mereka tentu menyaksikan seorang macam apakah Muhammad
itu sebenarnya.
Orang dapat memanggil dirinya dengan panggilan
apa saja, tidak ada kaisar dengan mahkotanya yang dipatuhi secara ikhlas seperti
laki-laki ini, dalam jubah panjangnya yang dijahit sendiri.
Setelah kota Mekkah jatuh, lebih dari satu juta
mil persegi tanah terletak dibawah telapak kakinya. Penguasa Jazirah Arabia ini
tetap saja menjahit sendiri sepatunya dan pakaian dari bahan yang kasar, memerah
susu kambing, meniup tungku menyalakan api dan mengunjungi keluarga-keluarga
miskin. Seluruh kota Madinah dimana beliau tinggal, berkembang dengan amat pesat
dimasa hidupnya. Dimana-mana ada emas dan perak dengan cukup, namun dihari-hari
kemakmuran tersebut, berminggu-minggu berlalu tanpa api menyala ditungku raja
Arabia ini.
Makanannya kurma dan air putih.
Keluarganya kelaparan beberapa malam berturut-turut karena
mereka tidak mendapatkan sesuatu untuk dimakan dimalam hari. Beliau tidak tidur
diatas tempat tidur yang empuk tetapi diatas tikar setelah hari-hari sibuknya
yang panjang, menghabiskan sebagian besar malamnya dengan sembahyang, tak jarang
hingga mencucurkan air mata sebelum sang Pencipta mengabulkan permohonan beliau
akan kekuatan untuk menunaikan tugas-tugasnya sebagai seorang Rasul.
Haji Wada' adalah haji perpisahan.
artinya Haji terakhir kalinya Nabi Saw Bersama umat
mengerjakan ibadah Haji bersama. Ketika haji Wada' wukufnya tepat hari Jum'at
Dan saat itu pula wahyu terakhir turun (QS. 5:3)
"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu
agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Aku telah ridhai Islam
sebagai agamamu."
(QS. 5:3)
Rasulullah berangkat meninggalkan Madinah
dengan serombongan besar kaum Muslimin pada tanggal 25 Dzulka'idah (23 Pebruari
632) menuju ke Mekkah Almukarromah. Dengan kata-kata yang akan tetap hidup dalam
hati sekalian orang Muslim.
"Wahai manusia ! Dengarkanlah kata-kataku ini,
mungkin sesudah tahun ini, aku tidak berkumpul bersama kamu lagi ditempat ini.
Nyawamu dan harta bendamu adalah suci bagi kamu
hingga kamu menghadap kepada Tuhan, sebagaimana hari ini dan bulan ini adalah
suci buat kamu sekalian.
Kamu berhak atas istri-istrimu dan
istri-istrimu berhak atas kamu. Perlakukanlah istri-istrimu dengan lemah lembut
dan kasih sayang, Sesungguhnya kamu telah mengambil mereka atas jaminan Tuhan
dan mereka menjadi halal bagi kamu karena kalimatullah.
Mereka adalah pendamping alias teman hidupmu,
karena itu berilah kepadanya petunjuk-petunjuk. Mereka tidak memiliki apa-apa
pada dirinya. Bertanggung jawablah kamu kepada Allah tentang istri. Karena itu
berilah mereka pelajaran yang baik.
Dan hamba sahayamu ! Jagalah supaya mereka
makan makanan yang kamu makan dan berilah mereka pakaian yang kamu pakai; dan
jika mereka melakukan kesalahan yang kamu tidak mudah mengampuninya, maka
berpisahlah dengan mereka, karena mereka adalah hamba-hamba Tuhan dan tidak
boleh diperlakukan dengan kasar.
Wahai manusia ! Sesungguhnya Tuhan kamu satu
dan orang tuamu juga satu.
kamu semua dari Adam dan
Adampun dari tanah. sebenarnya yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
adalah mereka yang paling bertakwa. Tidak ada kelebihan golongan Arab atas
golongan yang bukan Arab, kecuali tentang takwa.
Wahai Manusia ! Dengarkanlah kata-kataku dan
pahamilah, umat Islam itu bersaudara, maka tidak halal baginya kecuali sesuatu
yang memang diberikan sesuai kata hati saudaranya, karena itu janganlah menipu
diri sendiri.
Jagalah dirimu, dan janganlah kamu kembali
kafir sesudah aku tiada.
hendaklah yang hadir hari
ini menyampaikan kepada mereka yang tidak hadir, mungkin orang yang diberi tahu
lebih ingat dari orang yang mendengarnya."
Pada akhir khutbah itu, Rasulullah terharu
melihat kegembiraan yang sangat dari umatnya yang memperhatikan setiap katanya.
Dan ia pun berseru "Ya Allah, aku telah menyampaikan amanatku dan menunaikan
kewajibanku." Orang banyak yang berkumpul berseru serentak "Ya, memang
demikianlah adanya." Disambung oleh Rasulullah "Ya Allah, saksikanlah ini !"
Setelah mengucapkan salam, Rasulullah
mengakhiri khutbahnya yang berintikan hak -hak asasi manusia, beliau pun
beristirahat. Kemudian bangkit untuk mengerjakan Sholat dzuhur dan Ashar dengan
jama'. Sore harinya beliau meninggalkan Arafah menuju Mudzdalifah dan bermalam
disana. Pagi harinya, ba'da subuh, beliau ke Masjidil Haraam terus ke Mina untuk
melontarkan Jumroh. Dan setelah usai mengerjakan ibadah hajinya, Beliau kembali
dengan pengikut-pengikutnya kekota Madinah.
Tahun terakhir dari hidup Nabi Muhammad Saw
dihabiskannya dikota itu.
Diaturnya organisasi
propinsi-propinsi dan masyarakat kabilah yang telah memeluk agama Islam dan
menjadi bagian dari Persekutuan Islam.
Hari-hari terakhirnya begitu menarik hati,
karena ketenangan dan kejernihan pikirannya yang memungkinkan ia, meskipun
badannya lemah tidak bertenaga, memimpin sholat berjemaah sampai tiga hari
sebelum wafatnya.
Terakhir kali beliau muncul dalam masjid
dipapah oleh dua orang keponakannya, Ali dan Fazal, putra pamannya Abbas Bin
Abdul Muthalib. Wajahnya pucat dan dahinya dibalut kain. Perlahan-lahan beliau
berjalan menuju mimbar.
Beberapa orang sahabat sudah mulai
terisak.
sebagian besar berusaha menahan air mata
mereka.
Suatu senyuman yang tidak dapat dilukiskan
dengan kata-kata, bermain diwajahnya dan nampak oleh semua yang hadir
mengelilinginya. Sesudah berdoa dan memuji Tuhan seperti biasa, Rasulullah
berkhutbah kepada orang banyak yang kesemua isinya tidaklah dapat kita uraikan
disini karena keterbatasan tempat dan panjangnya isi khutbah beliau Saw itu,
inilah sekedar beberapa diantaranya
"Wahai manusia, bagaimana mungkin kalian
menolak kematian Nabimu. Seandainya ada orang yang sebelumku yang hidup kekal,
aku akan hidup kekal bersama kalian. Ketahuilah, Aku akan menemui Tuhanku.
Sudah tua usiaku, sudah rapuh tulangku, sudah
lemah tubuhku, sudah siap diriku, sudah besar kerinduanku untuk menemui Tuhanku.
Aku kira, inilah hari terakhir antara aku dan kalian. Selama aku hidup, kalian
menyaksikanku. Sesudah aku tiada, Allah akan menjadi khalifahku bagi setiap
mukmin, laki-laki dan perempuan.
Wahai sahabat-sahabatku, menurut kalian, Nabi
macam apakah aku ini ?
bukankah aku berjuang
bersama kalian, bukankah pernah sobek bahuku, bukankah dahiku pernah Berdebu,
bukankah darah pernah mengalir diwajahku dan membasahi janggutku, bukankah telah
kutanggung duka dan derita Menghadapi kaumku yang bodoh, bukankah pernah
kuikatkan batu diperutku untuk menahan rasa lapar ?"
Para sahabat serentak berkata, "Benar, wahai
Rasulullah. Engkau sudah memikul semuanya dengan tabah, engkau telah menolak
kemungkaran sehingga engkau menghadapi cobaan-cobaan karena Allah. Semoga Allah
membalas kebaikan engkau dengan pahala yang paling utama."
"Semoga Allah juga memberikan pahala kepada
kalian !" kata Rasulullah Saw.
selanjutnya beliau
berkata, "Sesungguhnya Allah Azza Wa jalla telah menetapkan bahwa tidak boleh
orang datang kepada-Nya dengan membawa kezaliman. Demi Allah, siapakah dIantara
kalian yang pernah disakiti Muhammad, berdirIlah dan balaslah sekarang (lakukan
QisHash), disinilah aku untuk mempertanggung jawabkannya. qishash di Dunia lebih
aku sukai dari pada Qishahs dihari akhirat nanti dihadapan para malaikat dan
para Nabi. Jika aku ada berhutang sesuatu kepada salah Seorang, segala yang
kebetulan aku miliki akan kujadikan bayarannya."
Seorang laki-laki berdiri dari tengah-tengah
hadirin. Namanya Sauda Bin Qais.
dia berkata,
"Semoga orang tuaku menjadi tebusanmu, Ya Rasul Allah.
ketika engkau kembali dari Tha'if, aku menjemput anda.
engkau mengendarai unta anda, qushwa, dan pada tangan
engkau ada Tongkat kecil.
engkau mengangkat tongkat
Itu ketika bermaksud untuk menggerakkan unta engkau Tersebut.
tongkat itu mengenai perutKu. aku tidak tahu apakah engkau
melakukannya dengan sengaja atau tidak."
Menjawab Rasulullah
"Aku berlindung kepada Allah jika aku lakukan dengan sengaja. Wahai
Bilal, pergilah kerumah Fatimah dan ambil tongkat kecilku itu." Bilal keluar
dari masjid Nabawi dan pergi menuju kerumah Fatimah, putri bungsu Rasulullah
dari perkawinannya dengan Khadijjah.
Setelah kembali dan menyerahkan tongkat
tersebut kepada Nabi Saw., Rasulullah Saw berseru "Mana Sauda ?"
"Ini saya, ya Rasul Allah," kata Sauda Bin Qais.
"Bukalah perut anda, ya Rasul allah !" Dan Nabi yang mulia
itupun menyingkapkan pakaiannya.
sauda Bin Qais
serta merta memeluk Nabi dan memohon Izin untuk mencium perut beliau, setelah
Nabi mengizInkannya, ia Berkata, "Aku berlindung kepada Allah dari api neraka
dengan meletakkan mulutku pada tempat Qishash diperut rasul."
Nabi Saw bertanya, "Ya Sauda Bin Qais, Akan
engkau lakukan Qishashmu itu atau engkau maafkan perbuatanku itu ?" "Aku
maafkan, ya Rasul Allah !" Jawab Saudah.
Rasulullah Kemudian berdoa dan memohon rahmat
Allah bagi mereka yang hadir dan bagi mereka yang telah gugur dalam penganiayaan
oleh musuh; dinasehatinya sekali lagi kaumnya untuk menunaikan
kewajiban-kewajiban agama dan hidup dalam damai dan kelapangan hati; diakhirinya
khutbahnya itu dengan mengutip ayat Qur'an
"Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk
orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan. Karena
kesudahan itu adalah bagi mereka yang berbakti."
(QS. 28:83)
Selanjutnya, Rasulullah Muhammad Saw tidak
pernah lagi tampil dalam sholat berjemaah dan menunjuk Abu Bakar untuk menjadi
imam sholat hingga saat dia diutus oleh Nabi untuk bergabung dengan pasukan
Usamah meninggalkan kota Madinah menjelang detik-detik wafatnya.
Kepada Ali Bin Abu
Thalib secara umum Rasulullah berwasiat untuk memandikan dan mengafaninya bila
ia telah kembali kerahmatullah.
Tidak lama setelah peristiwa itu, pada hari
Senin, 12 Rabi'ul awal 11 hijriah, manusia mulia itu menghembuskan napasnya yang
terakhir, kembali kepada Tuhan yang telah mengutusnya, Tuhan yang telah
memuliakan hidupnya, menjadikannya sebagai penghulu semua Nabi yang hanya
namanya saja berhak disandingkan bersama -sama dengan nama Allah dalam kalimah
syahadah.
Nabi yang mulia, Paraclete yang dipenuhi oleh
ruh suci itu, telah tiada.
namun meski begitu,
ajarannya, risalah Yang dibawanya akan tetap Hidup selama -lamanya, bersemayam
dihati setiap umat Muslimin, mukminin dan mukminat, sebagaImana yang diwasiatkan
oleh Jesus The Christ, Nabi Isa Almasih putra maryam dalam Biblenya
St. John 1416
"And
I will pray the father, and He shall give you another comforter that he may
abide with you forever."
"There is no compulsion in religion. The right
direction is henceforth distinct from error. And he who rejecteth false deities
and believeth in Allah hath grasped a firm handhold which will never break.
Allah is Hearer, Knower."
(QS. 2:256)
Jenazah Nabi Muhammad Saw dikuburkan
diMadinah.
dahulu, kuburan Nabi Muhammad saw berada
diluar masjId dan mulai masuk kedalam ruang masjid setelah MasjId Nabawi
mengalami perluasan hingga sekarang.
Didekat makam Nabi ini juga terdapat kuburan 2
sahabat beliau, yaitu Abu Bakar Shiddiq dan Umar Bin Khatab yang
masing-masingnya menjabat khalifah pertama dan kedua setelah kepergian Rasul.
Ditempat lain, makam/pekuburan Baqi' tidak jauh
dari Masjid Nabawi, dapat dicapai dengan jalan kaki, lebih kurang 10 menit;
letaknya disebelah timur kota Madinah. Sahabat Rasulullah yang dikuburkan di
Baqi' mencapai lebih kurang 10.000 jenazah; diantaranya Usman Bin Mazh'un dan
As'ad Bin Zurarah.
Kuburan Usman bin Affan, Ali Bin Abu Thalib,
Sufyan Bin Harits Bin Abu Thalib dan Abdullah Bin Ja'far terletak hanya sekitar
40 meter dari pintu masuk pemakaman sebelah barat daya.
Dibagian selatannya terdapat kuburan Aqil Bin
Abu Thalib, dan sejauh lebih kurang 5 meter terdapat kuburan Ummul Mukminin;
'Aisyah Istri Nabi Muhammad Saw, Saudah Binti Zam'ah, Hafshah binti Umar
AlKhatab, Zainab Binti Khuzaimah, Ummu Salamah Binti Umayyah, Juariah Binti
AlHaritsz, Ummu Habibah, Ramlah Binti Abi Sufyan, Shafiah Binti Huyaya Binti
AlKhatab.
Sekitar 15 meter dari sana, disebelah barat
terdapat pula kuburan puteri Nabi Ummu Kalsum (wafat 9 H), Ruqayah, Zainab
(wafat 8 H). Dan 25 meter darinya keselatan condong ketimur terdapat kuburan
paman Nabi, Abbas Bin Abdul Muthalib, Hasan Bin Ali Bin Abu Thalib (cucu
Rasulullah), puteri bungsu Rasul dari Khadijjah, Fatimahtuzzahra, Ali Bin Abu
Thalib, putera Rasulullah Saw, Ibrahim (wafat usia 22 bulan atau 16 bulan,
sekitar 3 bulan menjelang Nabi Muhammad wafat) dan Malik Bin Anas (179 H).
Disana juga terdapat kuburan Abdurrahman Bin
'Auf, Saad Bin Abi Waqas, As'ad Bin Zurarah, Hunain Bin Huzafah, Fatimah Bin
As'ad (Ibu dari Ali Bin Abu Thalib), dan sekitar jarak 135 meter dari sana
terdapat kuburan Usman Bin Affan (wafat 35 H atau 656 M).
Adapun kuburan Khadijjah Binti Khuwailid, istri
pertama Rasulullah Saw dan Maimunah Binti AlHarits, istri Rasulullah yang
terakhir, terdapat dikota Mekkah dimakam Ma'ala atau nama lainnya Ma'ulla.
Sejahtera untukmu ya Nabi Allah, Rahmah dan
Berkah jugalah untukmu
engkau telah Dengan susah
Payah melepasKan umat manusia dari belenggu kebodohan dan kejahilIyahan, penuh
sakit dan derita engkau tanggung demi Syiar Allah.
cinta kasihmu terhadap umat manusia,
tidak akan pupus diterjang masa.
ajaranmu, risalahmu akan tetap terjaga sampai kapanpun
tidak ada satupun yang dapat merobohkan api kebenaranmu !
Adam mengenalnya dan memanjatkan doa melalui
dirinya dan dia mengambil perjanjian dari semua Nabi dengan dirinya sendiri. Dia
mengambil kesucian Adam, ratapan Nuh. Bagian dari ajarannya mengandung
pengetahuan tentang Idris. Termasuk dalam pengalaman-pengalaman ekstasenya
adalah kesedihan Ya'qub. Didalam misteri ekstasenya adalah ketabahan Ayub.
Tersimpan dalam dadanya tangisan Daud. Hanya sebagian dari kekayaan jiwanya
telah melebihi kekayaan Sulaiman. Dia menyatukan kedalam dirinya persahabatan
Ibrahim dengan Tuhan. Dia mencapai pembicaraan Musa, kawan berbicara Tuhan dan
lebih dimuliakan dibandingkan para raja yang paling tinggi. Dia melebihi para
Nabi lainnya bagaikan matahari melebihi bulan dan samudera melebihi setetes air.
Wassalam,
Belum ada tanggapan untuk "SEJARAH MUHAMMAD RASULULLAH"
Post a Comment